Pengertian Persediaan
Menurut Ikatan
Akuntansi Indonesia (2011: 3-4) , Persediaan adalah
- Dimiliki
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
- Dalam proses produksi untuk dijual
- Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
Menurut
Warren, et. al (2008: 440) Persediaan
digunakan untuk mengindikasikan:
- Barang
dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan
- Bahan
yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu
Stice
dan Skousen (2004: 654) mengemukakan bahwa :
Persediaan (atau persediaan barang
dagang) secara umum ditujukan untuk barang barang yang dimilki perusahaan
dagang, baik berupa usaha grosir maupun ritel, ketika barang barang tersebut
telah dibeli dan ada kondisi siap untuk dijual. Kata bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan
manufaktur.
Rudianto (2009: 236) menambahkan bahwa “Persediaan ialah sejumlah barang jadi, bahan
baku, barang dalam proses yang dimilki perusahaan dengan tujuan untuk dijual
atau diproses lebih lanjut.”
Menurut
Wibowo dan Abubakar Arif (2008: 144) definisi persediaan adalah “sebagai aset
berwujud yang diperoleh perusahaan dan yang diperoleh untuk diproses lebih dulu
dan dijual”.
Persediaan
menurut Agus Ristono (2009: 1), dapat diartikan sebagai “barang-barang yang
disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi,
dan persediaan barang jadi”.
Dari
semua pemaparan diatas maka kita dapat menyimpulkan persediaan ialah
barang/komoditas yang akan dijual kembali apapun bentuknya.
Perputaran
Persediaan
Perusahaan
manufaktur selalu berhubungan dengan persediaan karena kegiatan produksi yang
dilakukan selalu membutuhkan adanya barang yang siap untuk digunakan sepanjang
waktu. Periode perputaran persediaan perlu diperhatikan untuk mengetahui berapa
lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghabiskan persediaan dalam
proses produksinya. Hal ini dikarenakan semakin lama periode perputaran
persediaan, maka semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
untuk menjaga agar persediaan di gudang tetap baik.
Oleh karena itu,
diperlukan adanya tingkat perputaran persediaan yang tinggi untuk mengurangi
biaya yang timbul, karena kelebihan persediaan. Dilihat dari segi biaya apabila
perputaran persediaan semakin lama, maka persediaan menumpuk, sehingga biaya
yang dikeluarkan untuk pemeliharaan semakin tinggi hal ini akan semakin
memperkecil laba. Karena laba merupakan hasil dari pendapatan dikurangi biaya.
Sehingga semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan, semakin kecil
laba yang akan didapat.
Periode
perputaran persediaan dapat digunakan untuk melihat apakah terdapat
ketidakseimbangan, yang bisa saja menunjukkan kelebihan investasi dalam berbagai
komponen tertentu persediaan (Horne dan Wachowicz, 2009: 217).
Untuk mengukur
efisiensi persediaan maka perlu diketahui perputaran persediaan (inventory
turnover) yang terjadi dengan membandingkan antara harga pokok penjualan
(HPP) dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki, dapat dinyatakan dengan
rumus :
Perputaran persediaan
|
=
|
Harga Pokok Penjualan
|
Persediaan rata – rata
|
Perputaran
persediaan menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar
dalam suatu periode. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka
jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam
persediaan) semakin rendah. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan
memperkecil risiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga
atau karena perubahan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan
dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.