Rabu, 23 Agustus 2017

Harapan

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Amal Jariyah dan Ilmu yang bermanfaat, mungkin hanya sedikit orang yang mampu menunaikannya.
Pun hanya sederet nama yg bisa kenang dalam Sejarah Islam dlm Amal Jariyah dan Ilmu. Namun doa anak yang shalih menjadi kesempatan bagi setiap orang. Anak  menjadi sebuah amanah dan Investasi akhirat yang tak ternilai. sebagai Amanah maka akan dipertanggung Jawabkan ditiap detiknya di Yaumil Hisab. Namun sbg Investasi maka akan menjadi "kejutan" bagi Orangtua. akankah menjadi Penolong atau peggiring ke Azab neraka.
Menjadi renungan bagi Orangtua tuk selalu luruskan niat, dan berbenah agar kelak kita bisa tersenyum kala Anak kita menjadi penolong di akhirat kelak.

Jumat, 18 Agustus 2017

Pemuda dan Simbol Perjuangan

Ada yang menganggu di hati para pemuda beberapa hari setelah Jepang mengumumkan kekalahan. Jepang yang sudah takluk oleh pasukan sekutu. Inilah kesempatan Indonesia untuk memproklamirkan dirinya sebagai sebuah Bangsa. Tapi para pendiri Bangsa masih sibuk mempersiapkan kemerdekaan. Akhirnya para pemuda waktu itu sepakat untuk "membawa" dua Tokoh  bangsa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok Inilah pemuda geloranya mendobrak kekakuan dan mencairkan kebekuan.

Mengenang sosok Raja tanpa Mahkota, dirumahnya yang menjadi Kawahcandradimuka bagi pelopor Perjuangan Proklamasi.  Sebut saja Soekarno, Agus Salim, Kartosuwiryo dan Semaun. Pemuda pemuda inilah yang kelak akan menjadi tokoh pergerakan Prakemerdekaan. Karena bagi sebagian pemuda waktunya merenggut kesenangan. Maka berbahagialah pemuda yang mengabdikan kehidupannya untuk pengorbanan yang lebih besar.

Tokoh tokoh tersebutlah, yang akan menjadi pelopor dalam Sumpah Pemuda. Yang menyatukan Indonesi menjadi satu Bangsa, Bahasa dan Tanah Air. 

Setiap Masa ada Tokohnya. Sejarah bangsa ini, di tiap-tiap masa selalu diisi anak anak muda. Ke"muda"an mereka bukan membuat mereka tenggelam dalam riuh nikmat dunia.  Bahkan sejarah besar Dunia selalu diwarnai pemuda pemuda. Revolusi Prancis yang menyeret Raja Louis XIV ke tiang gantung dan merubah sistem bernegara Prancis tak lepas dari peran Pemuda. Siapa yang menyangka mesin uap menjadi pemantik Revolusi Industri. dan negara negara yang merdeka pada abad 20 memiliki tokoh tokoh Muda. Hasan al banna di Mesir, lewat dorongan dan inisiasi Hasan al banna dan Organisasinya Ikhwanul Muslimin yang mendorong Mesir mengakui Indonesia sebagai sebuah negara. Ada Simon Bolivar di Amerika latin.

Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia digores dengan tinta darah pemuda. Dari Sabang sampai merauke, Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol, Syaifuddin Thaha, Zainal Mustofa, Dipononegoro, Kiayi Mojo, Cokroaminoto, Pattimura dan masih banyak lagi.

Dan saat ini, Para pemimpin duniapun mulai diiisi oleh anak Muda. Dari Presiden Prancis Macron sampai Justin Trudeo Pemimpin Denmark. Maka generasi muda Indonesia harus bersiap memikul beban sejarah. Mengisi Kemerdekaan dengan berkarya di tiap sektor bidang kehidupan. Gubahan syair Muhammad Iqbal menjadi seonggok harapan tuk generasi muda.

Engkaulah minyak atar itu

meskipun masih tersimpan dalam kuntum yang akan mekar.

Tegaklah, dan pikullah amanat ini atas pundakmu

Hembuslah panas nafasmu di atas kebun ini

Agar harum-harum narwastu meliputi segala

Dan biarkan kuncupnya mekar menjadi bunga

 

 

Refleksi Kemerdekaan Kita


Kemerdekaan yang kita rasakan ini. Harus disikapi dengan rasa penuh kesyukuran. Walaupun dalam proses perjalanan sebagai sebuah bangsa, masih banyak hal yang jauh dari harapan dan cita cita para pendiri Bangsa. Namun mengeluh atau berputus asa atas nasib Bangsa ini bukan pula hal yang tepat. Karena kemerdekaan ini, bukan didapat dari hadiah atau hibah penjajah. Tetapi perjuangan dan pengorbanan para Pahlawan Bangsa.

Bangsa yang besar akan selalu menghargai para Pahlawannya. Diksi ini, Mungkin menjadi pemanis dalam seminar seminar kepahlawanan.  Namun akankah kita meresapi maknanya, memahami hakikat perjuangan para Pahlawan kita. Mampukah generasi saat ini mampu menyebutkan 20 saja nama Pahlawan.  Itupun baru nama, bagaimana dengan kisah perjuangan mereka.  Kisah perjuangan yang bersimbah dara dan  berderai air mata.
Ditengah sakit paru parunya yang kian parah, Jendral Sudirman harus melakukan perjalanan jauh dtengah ancaman agresi Belanda. Bagaimana dengan Syafrudin Prawiranegara yang harus menggantikan kepemimpinan Bung Karno di Yogyakarta pada saat Agresi Militer  Belanda. Bung Tomo yang menggelorakan semangat juang arek arek Suroboyo. Bandung lautan Api yang menjadi saksi ketegaran Bangsa Indonesia.
Ini sekelumit kisah para pejuang Bangsa, diluar sana masih banyak kisah kisah mengharu biru, namun apakah cerita ini hanya untuk menjadi pengetahuan dan pelengkap buku sejarah. Atau cerita ini kita baca ketika saat dibangku sekolah. Atau hanya untuk membunuh rasa bosan kita.
Sejarah para pahlawan bangsa seharusnya menjadi pemantik ditengah kebekuan dan kehilangan narasi kita sebagai sebuah Bangsa. Ingatkah kita mengenai peristiwa Konferensi Asia Afrika yang dihadiri puluhan Negara. Dengan semangat Anti kolonialisme, Bung Karno berani memimpin Negara dunia ketiga menghadapi hegomoni Kolonialisme yang masih berusaha mencekram Negara Negara merdeka.
Sejarah perjuangan bangsa ini, seharusnya membuat kita berdiri tegak dan menatap masa depan penuh keyakinan. Sebagaimana para pahlawan reformasi yang rela meninggalkan bangku kuliah untuk meluluhlantahkan kebuntuan.
Sejarah perjuangan pahlawan ini, harus jadi pelajaran berharga kita. Untuk mengisi kemerdekaan dengan karya nyata. Bekerja dan bekarya dengan penuh suka cita. Dan yakin, harapan itu masih ada. 

Mengenai Saya

Foto saya
Hamba yang penuh dosa. Berharap ampunan Nya.