Selasa, 06 Februari 2018

Generasi Shalahuddin

Tulisan ini merupakan rangkuman atau catatan yang bisa saya tangkap ketika membaca buku Generasi shalahuddin dalam pembebasan Al Quds karya Dr. Majid Irsan Al Kilani. Beliau menyusun desertasi mengenai proses kelahiran generasi Shalahudin. 
Menarik dari tulisan beliau, tak banyak membahas kehidupan Shalahuddin. Dan yang paling penting, titik tekan dari buku ini ialah Shalahuddin dengan segala kelebihannya merupakan "juru bicara" yang harus tampil dalam periode satu generasi. Nah bagaimana "generasi Shalahuddin" ini bisa dilahirkan, inilah yang menjadi pembahasan panjang dalam buku ini. 
Nama Shalahuddin bisa dibilang sudah begitu tenar dan digandrungi dari masa ke masa. Namun Shalahuddin merupakan satu dari suatu generasi yang telah di"lahir"kan. 
Nah siapa yang melahirkan generasi tersebut dan bagaimana "cara" generasi tersebut dilahirkan. Di buku ini dibahas dengan pendekatan sejarah yang begitu kompleks dan pemilihan "bahasa" yang menarik dan kekinian.
Pertama penulis membahas bahwa kejatuhan/kebobrokan umat Islam saat itu yg melanda  hampir di seluruh negeri muslim. Sebelum ekspansi pasukan salib ke Yerusalem yg membunuh lebih dari tujuh puluh ribu penduduknya dalam 1 pekan. Umat Islam benar-benar dalam kondisi terpuruk. Sebagaimana yang dikisahkan oleh Imam Al Ghazali pada magnum opusnya "Ihya Ulumuddin". Para Sultan yang lebih peduli pada burung peliharaannya daripada rakyatnya yang mati kelaparan. Ulama-ulama yg sibuk " berdebat" dalam hal yang remeh dan formalitas belaka. Ahli sufi yang hanya mementingkan penampilan yang lusuh dan compang camping tapi hatinya dipenuhi kenikmatan dunia. Fanatisme mahzab yang melanda para penuntut ilmu hingga ilmu yg dipelajarinya tak bermanfaat untuk masyarakat disekitarnya. Para ahlul Quran yang sangat hati-hati dalam pelafadhan makhraj tapi tak mau memahami kandungan Al Quran dan mengamalkannya. Padahal tujuan Al Quran merupakan petunjuk kehidupan bagi manusia. Menurut beliau, Kondisi tersebut terangkum oleh banyak ahli sejarah pada saat itu dan sudah menjasi rahasia umum. 
Kemudian penulis mencoba menggali dan memetakan pengobatan atas penyakit penyakit yang menggerogoti umat. Hal yang utama menurut penulis yang harus diobati ialah ulama. Ulama merupakan fondasi dalam struktur sosial masyarakat. Ulama bagai dokter yang akan memberi resep bagi masyarakat yang sakit. Jika ulamanya sakit kemana lagi umat harus berobat. Inilah kemudian yang dilakukan Al Ghazali bersama rekan rekannya, memperbaiki institusi pendidikan ulama, sehingga memiliki orientasi visi dan misi yang jelas. 
Kemudian setelah periode Imam Al Ghazali, tampil kemudian Syaikh Abdul Qadir Al Jilani, Syaikh Al Jilani meneruskan gerakan pembaharuan yang dibangun dimasa Al Ghazali. Syaikh Al Jilani membangun madrasah di Ibukota(Baghdad) pada saat itu dan menjadi pusat gerakan pembaharuan. Darisinilah lahir Tokoh tokoh yang menjadi katalisator perebutan Al Quds bersama dinasti Zanki. Syaikh Al Jilani menjadikan madrasahnya menjadi pusat bagi madrasah cabang yang menyebar dipelosok negeri pada waktu. Didalam madrasahnyalah kemudian digembleng para thulab untuk mengisi pos pos yang harus diemban umat di semua lini kehidupan. 

Mengenai Saya

Foto saya
Hamba yang penuh dosa. Berharap ampunan Nya.