Sabtu, 18 April 2015

Sudah pantaskah aku menjadi makmummu?

Berusaha bangun di sepertiga malam agar di saat kita bersama aku bisa meraih beribadah bersamamu di tengah malam yang begitu khusyuk.

Berusaha membersihkan rumah agar di saat kau kerja, kau ingat akan rumah yang begitu nyaman untuk tempat menghilangkan lelahmu di bandingkan tempat lain.

Berusaha melaksanakan sholat duha agar di saat kau kerja, kau di beri perlindungan dan kelancaran dalam bekerja.

Berusaha menempuh pendidikan agar penerus kita menjadi anak-anak yang berpendidikan dan mempunyai sopan santun.

Berusaha pandai memasak agar kau tidak membeli masakan luar yang belum tentu kualitasnya baik buat kesehatanmu.

Berusaha menutup aurat agar kau percaya padaku bahwa aku bisa menjaga diriku apalagi anak-anak ku saat kau kerja.

Berusaha taat pada perintahnya agar kau bisa bersamabku masuk surganya.

Berusaha memberi contoh baik pada sesama, agar aku bisa menjadi contoh baik pada anakku kelak.

Berusaha selalu menyayangi orang tuaku agar orang tuanu nyaman dengan kehadiranku dan bisa menjadi penolong serta pelindung mereka di hari tua esok.

Berusaha selalu menjaga lisan dan perbuatan, agar kelak orang disekelilingmu tidak terusik akan kehadiranku.

Berusaha menjadi istri yang baik buat kamu.
Berusaha menjadi anak yang baik huat orang tuaku dan orang tuamu.
Berusaha menjadi ibu yang baik buat anak-anakmu.
Dan berusaha menjadi saudara yang baik untuk orang-orang disekitarmu.

Kurasa masih-masih kurang pantas aku menjadi makmummu wahai kau calon penyempurna agamaku dan ayah dari anakku kelak 😭😭😭

Dosa dan Rizki

Pada suatu hari, seorang lelaki datang kepada Imam Hasan Al Bashri. “Sesungguhnya aku”, ujarnya pada Tabi’in agung dari Bashrah itu, “Melakukan banyak dosa. Tapi ternyata rizqiku tetap lancar-lancar saja. Bahkan lebih banyak dari sebelumnya.” Sang Imam tersenyum prihatin. Beliau lalu bertanya, “Apakah semalam engkau qiyamullail wahai Saudara?” “Tidak”, jawabnya heran. “Sesungguhnya jika Allah langsung menghukum semua makhluq yang berdosa dengan memutus rizqinya”, jelas Hasan Al Bashri, “Niscaya semua manusia di bumi ini sudah habis binasa. Sungguh dunia ini tak berharga di sisi Allah walau sehelai sayap nyamukpun, maka Allah tetap memberikan rizqi bahkan pada orang-orang yang kufur kepadaNya.” “Adapun kita orang mukmin”, demikian sambung beliau, “Hukuman atas dosa adalah terputusnya kemesraan dengan Allah, Subhanahu wa Ta’ala.” Inilah rizqi bermesra. Hal yang jauh lebih mahal dari segala kemegahan yang kita banggakan di dunia. 


Selasa, 14 April 2015

Bastion Pelabuhan Muscat - Salim A Fillah


Pelabuhan pernah menjadi pintu-pintu cahaya Allah. Bersebab pedagang-pedagang muslim yang singgah di Bandarnya berakhlaq amat mulia, Maharaja Sri Indrawarman (702-728) dari Kerajaan Sriwijaya menulis pada 'Umar ibn 'Abdil 'Aziz (717-720): "Dari raja-diraja yang adalah putra 1000 raja, yang permaisurinya juga keturunan 1000 raja, yang di kerajaannya mengalir 1000 sungai, di daratannya ada 1000 gunung, & di kandangnya ada 1000 gajah; kepada Raja Arab yang tak menyembah dewa-dewa selain 1 Tuhan saja.

Aku haturkan beberapa hadiah sederhana padamu sebagai tanda persahabatan. Kirimkanlah untuk kami orang-orang yang bisa mengajarkan agamamu.."


Mengenai Saya

Foto saya
Hamba yang penuh dosa. Berharap ampunan Nya.